Hi!

Datang Kembali (Part 3)

Tanpa terasa, waktu memang berlalu begitu cepat. Dena dan Riko sudah semakin dewasa. Saat ini, Dena tidak lagi menjadi wanita pemalu seperti dulu, dan saat ini Riko senang merubah penampilannya. Penampilan yang sekarang sudah semakin modern dan tak aneh jika saat ini Riko menjadi seorang lelaki yang lebih menarik dibandingkan sebelumnya. Riko menjadi seorang lelaki yang banyak dipuji oleh para wanita disekolahnya. 



Suatu waktu, Dena mulai merasa canggung kepada Riko. Dia merasa tak pantas berada disamping Riko, setelah yang selalu ia lihat adalah banyak sekali wanita yang lebih cantik daripada dirinya yang mengejar-ngejar Riko. Dena berencana untuk mengakhiri hubungannya dengan Riko.

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Burung bernyanyi dengan begitu indah, tetapi tidak senada dengan keadaan Dena saat ini. Hari ini adalah hari terakhir Dena bersama Riko. Hati Dena begitu perih, ia takut tidak bisa menerima keputusan yang ia pilih.

Jam sekolah sudah berakhir. Dena sesegera mungkin mencari Riko. Pikirannya benar-benar berantakan, antara ya atau tidak untuk mengakhiri semuanya. Tapi, Dena harus mengakhirinya, Dena sadar kalau Riko bukan takdir untuknya.

Dari kejauhan, Dena melihat seorang lelaki. Lelaki itu sedang berdiri dengan tegap, rambut yang ditata rapi dan jaket bewarna biru dongker dan bergaris putih. Itu dia, Riko Dermanto. Dena mulai menarik nafas dan mengeluarkannya dengan perlahan. Tatapannya saat ini mulai tidak fokus.
 Come'on Dena! Aku pasti bisa ngomong itu. Hilangin rasa malu. Aku hanya perlu datang, ngomong, dan setelahnya...

"Riko!"
"Hai, Dena"
Riko yang melihat Dena, mulai tersenyum dengan lesung pipinya. 
"Riko, can I say something for you?"
"Yeah Dena. Tentang apa?"
Dena mulai menarik nafas lagi dan mengeluarkannya dengan begitu pelan. Jantungnya berdetak semakin kencang.
"Ko, kayaknya kita gaakan bisa ngelanjutin hubungan kita deh"
Riko hanya diam saat mendengar kata itu dari Dena. Tetapi pandangannya mengartikan kalau ia tak sanggup mendengar kata-kata ini.
"Ko, I'm sorry"
"Tapi Dena, apa alasan kamu kayak gini?"
Dena terisak, ia mencoba menahan air matanya, ia hanya bisa terdiam kaku.
"Jawab Dena, Jawab!"
Bola mata Riko mulai membulat.
"Because, you're not good for me, Riko!"
Kini air matanya tak bisa ia tahan lagi. Air mata itu terus keluar dan membasahi wajahnya. Dena terpaksa berkata seperti itu agar Riko mau menerima keputusannya.

"Oke kalau gitu, Dena. Aku terima. Sorry, kalau aku gabisa jadi yang terbaik untuk kamu. Sorry, kalau aku gabisa jagain kamu seperti janjiku dulu"
Hati Dena seperti disayat. Sakit.
Ga, Riko. Kamu adalah seorang lelaki yang terbaik diantara semuanya. Maafin aku, Riko. Mungkin ini yang terbaik untuk kita.

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Dena terbangun. Pagi ini, Dena benar-benar tidak bersemangat. Tubuhnya sangat lemas. Matanya membengkak karena semalaman ia terus menangis. Kepalanya terasa pusing, karena ia sulit untuk tidur.

Hari ini berbeda dari hari biasanya. Hari ini, sudah tidak ada lagi Riko yang menyapa saat ia terbangun. Ia pun tidak pernah melihat Riko lagi. Mungkin Riko menghindar dari dirinya. Tapi apapun itu, perasaan Dena terasa sangat perih dengan kenyataan ini. Apakah dengan seperti ini, itu artinya Riko tak akan pernah mau mengenali Dena lagi?

Viewers

Powered by Blogger.